Sepak bola modern penuh pemain bertabur gol dan assist. Ada sosok yang memengaruhi jalannya pertandingan dengan cara jauh lebih halus namun sangat menentukan. Nama itu adalah Vitinha, gelandang berusia 24 tahun yang kini menjadi jantung permainan Paris Saint-Germain (PSG) dan salah satu wajah utama generasi emas terbaru Portugal.
Dalam artikel opini yang ditulis Tiago Guadalupe di abola.pt, Vitinha digambarkan sebagai “influencer sepak bola” — bukan melalui media sosial, tetapi lewat sentuhannya, kecermatannya membaca permainan, serta kemampuannya mengatur ritme tim.
Perjalanan yang Tidak Lurus, tapi Penuh Keteguhan
Perjalanan Vitinha menuju elit sepak bola Eropa bukanlah cerita yang mulus. Setelah menonjol di akademi FC Porto dan menjuarai UEFA Youth League 2019, ia sempat kesulitan menembus tim utama. Masa peminjaman ke Wolverhampton juga tidak berjalan sesuai harapan, membuat masa depannya sempat penuh tanda tanya.
Namun kepercayaan yang diberikan FC Porto saat ia kembali ke Estádio do Dragão mengubah segalanya. Bersama pelatih Sérgio Conceição, Vitinha tampil menonjol di musim 2021/22 hingga akhirnya diboyong PSG seharga 41,5 juta euro.
Turun Performa, Konflik, hingga Lahirnya Kembali Vitinha
Meski mengawali musim debut dengan baik, performanya menurun pada paruh kedua. Media Portugal bahkan menyebut adanya ketegangan dengan Lionel Messi pada sesi latihan dan kritik dari Neymar seusai kekalahan PSG dari AS Monaco. Vitinha perlahan kehilangan tempatnya.
PSG tetap mempertahankan kepercayaan terhadap sang gelandang dan mengambil keputusan berani pada musim panas 2023—melepaskan Messi dan Neymar. Keputusan itu membuka jalan bagi Vitinha untuk bangkit kembali di bawah asuhan Luis Enrique. Sejak saat itu, ia berubah menjadi salah satu pemain paling berpengaruh dalam skuad.
Gelandang Lengkap, Ritme Permainan Ada di Kakinya
Dengan tinggi hanya 1,72 meter, Vitinha bukanlah gelandang dominan secara fisik. Namun kualitas tekniknya berada di level berbeda: sentuhan pertama halus, kemampuan progresi bola di atas rata-rata, agresif saat bertahan, dan cerdas menentukan tempo.
Musim lalu, ia menutup kompetisi dengan 9 gol dan 5 assist—catatan impresif untuk seorang gelandang tengah. Namun statistik itu hanya sebagian kecil dari kontribusinya. Yang menjadi sorotan adalah konsistensinya membuat permainan PSG mengalir dan kemampuannya menjadi solusi tekanan di lini tengah.
Performa itu juga terlihat jelas di Liga Champions. Di Anfield melawan Liverpool, Vitinha tampil matang dan mengeksekusi salah satu penalti penentu. Legenda Prancis, Thierry Henry, bahkan memberikan pujian khusus:
“Nuno Mendes luar biasa, tapi Vitinha… dia bermain olahraga yang berbeda. Cara dia mengontrol ritme, cara dia bertahan… itu harusnya berarti sesuatu.”
Pengaruh dalam Timnas dan Masa Depan Cerah
Roberto Martínez, pelatih Timnas Portugal, kini semakin memercayai Vitinha untuk mengatur permainan Seleção. Duetnya dengan João Neves dianggap sebagai pasangan gelandang masa depan yang saling melengkapi dan berpotensi mendefinisikan era baru Portugal.
Meski begitu, Guadalupe dalam opininya berharap Martínez mampu mengoptimalkan potensi luar biasa yang dimiliki skuad Portugal, tanpa “inovasi yang tidak perlu”.