Analisis

Mengapa Liga Inggris Lebih Mantap dalam Akselerasi dan Deselerasi Dibanding Liga Prancis?

Sepak bola modern menuntut lebih dari sekadar lari jauh. Kini, intensitas tinggi dalam bentuk akselerasi (peningkatan kecepatan) dan deselerasi (penurunan kecepatan) menjadi penentu krusial dalam performa pemain.

Studi terbaru yang menganalisis data dari dua musim berturut-turut di Liga Primer Inggris (EPL) dan Ligue 1 Prancis (L1) mengungkap fakta menarik: pemain di Liga Inggris cenderung melakukan lebih banyak akselerasi dan deselerasi per menit dibandingkan rekan-rekan mereka di Liga Prancis.

Penelitian ini menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) untuk melacak pergerakan pemain selama pertandingan. Hasilnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tim EPL memperlihatkan angka akselerasi dan deselerasi yang signifikan lebih tinggi.

Baca juga: PSG Dituduh Menyakiti Martabat Messi, Keputusan Menghancurkan

Hal ini sejalan dengan persepsi umum bahwa Liga Inggris memiliki gaya permainan yang lebih cepat dan menuntut fisik, seringkali menerapkan strategi “langsung” dengan serangan efisien dalam waktu singkat. Temuan ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang mengindikasikan EPL sebagai liga paling agresif di Eropa dalam hal pelanggaran dan kartu.

Analisis lebih lanjut berdasarkan posisi pemain juga memperlihatkan perbedaan menarik. Pemain bertahan tengah (CB) menunjukkan jumlah akselerasi dan deselerasi terendah di kedua liga, sementara bek sayap (FB) dan gelandang serang (AM) di EPL, serta penyerang tengah (CF) dan bek sayap (FB) di L1, tercatat melakukan aksi eksplosif lebih banyak.

Uniknya, meskipun ada perbedaan keseluruhan, posisi penyerang tengah di kedua liga menunjukkan tuntutan fisik yang serupa dalam hal akselerasi dan deselerasi per menit, mengindikasikan adanya kesamaan dalam peran ini terlepas dari konteks liga.

Studi ini menekankan pentingnya mempertimbangkan akselerasi dan deselerasi, bukan hanya jarak lari total atau sprint, dalam menilai beban fisik pemain. Aksi-aksi berintensitas tinggi ini menyumbang sekitar 10% dari total beban kerja pemain elit dan terjadi jauh lebih sering daripada sprint.

Data ini sangat berharga bagi pelatih dan staf performa untuk merancang program latihan yang lebih spesifik posisi, mengelola beban latihan, dan mengembangkan strategi pemulihan individual, terutama mengingat perbedaan tuntutan fisik antar liga dan posisi.

Meskipun studi ini memberikan wawasan berharga, para peneliti mengakui beberapa keterbatasan, seperti tidak mempertimbangkan formasi taktis, karakteristik penguasaan bola, atau lokasi pertandingan. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi hasil dan perlu diteliti lebih lanjut di masa depan. Namun, temuan awal ini menjadi pijakan penting untuk memahami lebih dalam dinamika fisik sepak bola elit Eropa dan membantu dalam pengembangan pemain yang lebih optimal.

Redaksi

Recent Posts

Masa Depan Gianluigi Donnarumma di PSG Belum Pasti

Donnarumma telah mengizinkan agennya untuk menjajaki kemungkinan pindah ke Premier League

6 jam ago

Bursa Transfer PSG, Mourinho Memburu Bintang PSG

Fenerbahçe telah mengajukan tawaran €15 juta untuk Asensio, yang baru saja tampil impresif dengan 8…

9 jam ago

Hakimi di Ambang Batas, PSG Ketar-ketir Fisik Pemain Terancam Drop

Jika PSG berhasil mencapai final Piala Dunia Antarklub pada 13 Juli mendatang, itu berarti mereka…

21 jam ago

Serba Serbi Peluncuran Saluran Ligue 1 Milik LFP Media

Saluran ini akan didistribusikan secara multi-platform, meskipun Canal+ menolak untuk melanjutkan diskusi.

21 jam ago

Bursa Transfer PSG, Mourinho Serius Incar Asensio

Selama masa peminjamannya, ia mencetak delapan gol dan memberikan satu assist dalam 21 pertandingan di…

21 jam ago

Donnarumma-PSG, Masih Tarik Ulur Perpanjangan Kontrak

Pernyataan Donnarumma tentang masa depannya setelah PSG menjuarai Liga Champions baru-baru ini juga disebut-sebut telah…

21 jam ago